Rabu, 11 September 2013

Museum Serangga dan Taman Kupu



kupu_indonesia.jpg
DIORAMA KUPU-KUPU INDONESIA
Naturalis Inggris Alfred Russel Wallace pernah menjelalahi Nusantara pada pertengahan abad ke-19. Bukunya The Malay Archipelago menceritakan burung dan kupu-kupu, geologi hingga aspek sosial-budaya masyarakat selama delapan tahun (1854-1862) perjalanannya di Indonesia, Malaysia, Singapura. Malahan secara khusus Bab XII menceritakan Raja Lombok menemukan cara agar pajak beras yang dibayar rakyat tidak dikorup oleh kepala desa, wedana, para pangeran.

Sayang buku bagus tentang negeri ini tidak menjadi bacaan wajib (edisi yang disederhanakan untuk anak-anak sekolah menengah, misalnya) di sekolah-sekolah. Padahal kini Wallace dihormati sebagai co-author teori evolusi. Dia menemukan teori tersebut melalui pengamatan fauna di Indonesia.

kupu_blumei.jpg
PAPILIO BLUMEI
The Malay Archipelago tak pernah bosan aku baca dan baca lagi. Deskripsi tentang kupu-kupu sangat menarik. Perhatikan saja bagaimana Wallace melukis tentang kupu sayap burung yang dilihatnya di Sulawesi, 'The ground colour of this superb insect was a rich shining bronzy black, the lower wings delicately grained with white, and bordered by a row of large spots of the most brilliant and satiny yellow...'
Apakah tidak berlebihan dia jika kemudian menambahkan, 'The most perfect and the most beautiful of butterflies.' Aku hanya merasa tergelitik untuk tahu benarkah kupu-kupu tercantik itu ada di negeri ini.
Di Rurukan, Sulawesi Utara meski Wallace hanya memperoleh beberapa spesimen kupu-kupu tropis tetapi salah-satunya blumei adalah diantara yang terindah, bernuansa hijau kekuningan, dengan ‘ekornya’ yang lapis-lazuli.
'One of these, Papilio blumei, of which I obtained a few specimens only, is among the most magnificent I have ever seen. It is a green and gold swallow-tail, with azure-blue spoon-shaped tails, and was often seen flying about the village when the sun shone...'
kupu_ulysses.jpg
PAPILIO ULYSSES
Papilio ulysses ditemukan Wallace di Ambon, 'In the shady forest paths were many fine butterflies, most conspicuous among which was the shining blue Papilio ulysses, one of the princes of the tribe...It flies with a rather weak undulationg motion, and from its large size, its tailed wings and brilliant colour, is one of the most tropical-looking insects the naturalist can gaze upon...
Ah iya, tapi kemana ‘kan kucari kupu-kupu ini.
Aha! Bisa diduga jika Museum Serangga adalah tempat pertama aku melihat ‘kupu-kupu Wallace’. Pertama kali pula aku bisa membayangkan keindahan aneka kupu dalam The Malay Archipelago. Ornithoptera the pride of the Eastern tropics; the elegantly-formed Papilio coon; kupu poseidon a bright gem shining out amid the silent gloom of a dark and tangled forest; the beautiful little Danis sebae...making the forests gay with its delicate wings of white and the richest metallic blue.
...
Kupu-kupu memang selalu membuatku merasa begitu cantiknya negeri ini pernah di suatu ketika dan ternyata masih. Terima kasih Wallace! Terima kasih Museum Serangga telah membantuku menemukan salah satu keindahan yang paling asli dari negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar