Parasit pada Lensa Kontak
Peringatan
untuk semua pemakai lensa kontak yang agak ceroboh. Para ilmuwan baru-baru ini
menemukan adanya parasit yang muncul pada lensa kontak yang tidak dibersihkan
dengan benar. Parasit ini awalnya berada dalam air keran atau air mentah, namun
bisa menggerogoti mata dan menyebabkan kebutaan.
Acanthamoeba adalah nama parasit ini. Berasal dari keluarga amoeba atau hewan bersel satu, acanthamoeba dapat ditemukan di air sungai, air keran, danau, bahkan di kamar mandi dan kolam renang. Sayangnya hanya sedikit orang yang menyadari keberadaannya.
"Ini adalah masalah yang berpotensi dialami oleh setiap pemakai lensa kontak," kata Fiona Henriquez dari University of the West of Scotland seperti dilansir Daily Mail, Jumat (7/9/2012).
Jutaan orang berisiko terserang amoeba pelahap mata ini, terutama pemakai lensa kontak yang tidak membersihkan lensa kontaknya dengan benar atau menyimpannya dalam keadaan kotor. Acanthamoeba menempel pada lensa kontak, memakan bakteri dan jaringan kornea lalu membuat liang di kornea mata.
Ketika lensa kontak yang kotor dipasang, parasit yang menempel akan mulai menggerogoti dan berkembang biak di lapisan luar bola mata. Gejalanya adalah mata gatal dan berair, penglihatan kabur, sensitif terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata bagian atas dan rasa nyeri yang parah.
Jumlah orang yang terserang amoeba ini masih relatif kecil. Namun pengobatannya membutuhkan waktu yang panjang, menyakitkan dan tidak sepenuhnya manjur. Pasien yang terinfeksi seringkali harus dirawat di rumah sakit dan membutuhkan tetes mata disenfektan secara teratur. Dalam kasus yang lebih parah bisa sampai memerlukan transplantasi kornea.
Para ilmuwan juga memperingatkan bahwa pada kasus yang paling serius, parasit membuat liang hingga begitu jauh ke dalam mata sampai tidak dapat disembuhkan dan menyebabkan kebutaan.
"Umumnya amoeba ini akan meninggalkan jaringan parut pada kornea. Jika infeksi menembus dalam menuju lapisan ketiga mata, maka yang tersisa adalah jaringan parut dengan kornea mata yang telah berlubang," kata Graeme Stevenson, ahli kacamata di inggris.
Stevenson menambahkan, sekitar 75 kasus infeksi acanthamoeba terjadi di Inggris setiap tahun. Penyebabnya kebanyakan karena pemakai lensa kontak tidak mengikuti instruksi yang diberikan oleh optiknya.
Membilas lensa kontak dengan air keran, berenang atau mandi sambil memakai lensa kontak adalah tindakan yang dapat meningkatkan risiko terserang parasit mata ini. Menjaga kebersihan lensa kontak akan dapat melindungi pemakai lensa kontak dari serangan acanthamoeba.
Acanthamoeba adalah nama parasit ini. Berasal dari keluarga amoeba atau hewan bersel satu, acanthamoeba dapat ditemukan di air sungai, air keran, danau, bahkan di kamar mandi dan kolam renang. Sayangnya hanya sedikit orang yang menyadari keberadaannya.
"Ini adalah masalah yang berpotensi dialami oleh setiap pemakai lensa kontak," kata Fiona Henriquez dari University of the West of Scotland seperti dilansir Daily Mail, Jumat (7/9/2012).
Jutaan orang berisiko terserang amoeba pelahap mata ini, terutama pemakai lensa kontak yang tidak membersihkan lensa kontaknya dengan benar atau menyimpannya dalam keadaan kotor. Acanthamoeba menempel pada lensa kontak, memakan bakteri dan jaringan kornea lalu membuat liang di kornea mata.
Ketika lensa kontak yang kotor dipasang, parasit yang menempel akan mulai menggerogoti dan berkembang biak di lapisan luar bola mata. Gejalanya adalah mata gatal dan berair, penglihatan kabur, sensitif terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata bagian atas dan rasa nyeri yang parah.
Jumlah orang yang terserang amoeba ini masih relatif kecil. Namun pengobatannya membutuhkan waktu yang panjang, menyakitkan dan tidak sepenuhnya manjur. Pasien yang terinfeksi seringkali harus dirawat di rumah sakit dan membutuhkan tetes mata disenfektan secara teratur. Dalam kasus yang lebih parah bisa sampai memerlukan transplantasi kornea.
Para ilmuwan juga memperingatkan bahwa pada kasus yang paling serius, parasit membuat liang hingga begitu jauh ke dalam mata sampai tidak dapat disembuhkan dan menyebabkan kebutaan.
"Umumnya amoeba ini akan meninggalkan jaringan parut pada kornea. Jika infeksi menembus dalam menuju lapisan ketiga mata, maka yang tersisa adalah jaringan parut dengan kornea mata yang telah berlubang," kata Graeme Stevenson, ahli kacamata di inggris.
Stevenson menambahkan, sekitar 75 kasus infeksi acanthamoeba terjadi di Inggris setiap tahun. Penyebabnya kebanyakan karena pemakai lensa kontak tidak mengikuti instruksi yang diberikan oleh optiknya.
Membilas lensa kontak dengan air keran, berenang atau mandi sambil memakai lensa kontak adalah tindakan yang dapat meningkatkan risiko terserang parasit mata ini. Menjaga kebersihan lensa kontak akan dapat melindungi pemakai lensa kontak dari serangan acanthamoeba.
Lensa
Kontak yang Tidak Perlu Diganti
Bila Anda tak suka mengenakan lensa kontak
karena repot harus membersihkan dan melepaskan tiap hari, Anda bisa mencoba RGP
sebagai pilihan lensa kontak yang tak perlu dilepas tiap hari.
RGP atau Rigid Gas Permeable merupakan lensa kontak yang tak perlu diganti tiap hari bahkan aman digunakan saat tidur. RGP bisa dibersihkan atau dilepas setelah beberapa hari bahkan ada yang hingga 30 hari.
"Lensa kontak RGP ini lebih nyaman karena tidak perlu dilepas tiap hari," jelas Dr Surya Utama, SpM, Spesialis Mata dari Eka Hospital Pekanbaru, disela-sela acara Clients Gathering Eka Hospital di Grand Hyatt, Jakarta, Kamis (19/5/2011).
Menurut Dr Surya, lensa kontak RGP ini memungkinkan terjadinya pergantian oksigen sehingga tidak terjadi hipooksigen di kornea, yang menyebabkan pandangan terganggu.
RGP (Rigid Gas Permeable) adalah lensa kontak kaku yang terbuat dari plastik tahan lama yang memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen. Meski sifatnya kaku, RGP tidak seperti lensa keras yang tidak bisa mengirimkan oksigen, seperti dilansir Allaboutvision.
RGP memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen yang sangat dibutuhkan permukaan depan mata agar tetap sehat. Inilah yang membuat RGP tidak perlu dilepas setiap hari, bahkan tetap bisa digunakan saat tidur.
"Lensa kontak yang biasa kan harus sesuai dengan bentuk kornea. Jadi seperti fitting kebaya, harus pas. Karena lensanya menempel pada kornea, jadi tidak bisa terjadi pertukaran oksigen. Tapi kalau RGP ada celah antara lensa dan mata sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen," jelas Dr Surya yang merampungkan pendidikan dokternya di FK Universitas Brawijaya.
Menurut Dr Surya, harga untuk lensa kontak RGP memang sedikit lebih mahal dibandingkan dengan lensa kontak biasa (soft lens). Namun, lensa RGP dapat membuat penglihatan Anda lebih baik dan lebih tajam, daya tahan dan ketahanan lensa lebih lama ketimbang soft lens.
Dengan sedikit perawatan, RGP dapat memiliki daya tahan yang lebih lama hingga bertahun-tahun. Bila dihitung untuk jangka panjang, biaya yang dikeluarkan tetap lebih murah dibandingkan soft lens.
Tapi dibandingkan dengan lensa kontak biasa (soft lens), adaptasi pada penggunaan RGP jauh lebih lama.
RGP atau Rigid Gas Permeable merupakan lensa kontak yang tak perlu diganti tiap hari bahkan aman digunakan saat tidur. RGP bisa dibersihkan atau dilepas setelah beberapa hari bahkan ada yang hingga 30 hari.
"Lensa kontak RGP ini lebih nyaman karena tidak perlu dilepas tiap hari," jelas Dr Surya Utama, SpM, Spesialis Mata dari Eka Hospital Pekanbaru, disela-sela acara Clients Gathering Eka Hospital di Grand Hyatt, Jakarta, Kamis (19/5/2011).
Menurut Dr Surya, lensa kontak RGP ini memungkinkan terjadinya pergantian oksigen sehingga tidak terjadi hipooksigen di kornea, yang menyebabkan pandangan terganggu.
RGP (Rigid Gas Permeable) adalah lensa kontak kaku yang terbuat dari plastik tahan lama yang memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen. Meski sifatnya kaku, RGP tidak seperti lensa keras yang tidak bisa mengirimkan oksigen, seperti dilansir Allaboutvision.
RGP memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen yang sangat dibutuhkan permukaan depan mata agar tetap sehat. Inilah yang membuat RGP tidak perlu dilepas setiap hari, bahkan tetap bisa digunakan saat tidur.
"Lensa kontak yang biasa kan harus sesuai dengan bentuk kornea. Jadi seperti fitting kebaya, harus pas. Karena lensanya menempel pada kornea, jadi tidak bisa terjadi pertukaran oksigen. Tapi kalau RGP ada celah antara lensa dan mata sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen," jelas Dr Surya yang merampungkan pendidikan dokternya di FK Universitas Brawijaya.
Menurut Dr Surya, harga untuk lensa kontak RGP memang sedikit lebih mahal dibandingkan dengan lensa kontak biasa (soft lens). Namun, lensa RGP dapat membuat penglihatan Anda lebih baik dan lebih tajam, daya tahan dan ketahanan lensa lebih lama ketimbang soft lens.
Dengan sedikit perawatan, RGP dapat memiliki daya tahan yang lebih lama hingga bertahun-tahun. Bila dihitung untuk jangka panjang, biaya yang dikeluarkan tetap lebih murah dibandingkan soft lens.
Tapi dibandingkan dengan lensa kontak biasa (soft lens), adaptasi pada penggunaan RGP jauh lebih lama.
Jangan
Gunakan Lensa Kontak Saat Tidur
Semua orang
pasti tahu bahwa lensa kontak tidak boleh digunakan saat tidur. Tapi mungkin
tidak banyak yang tahu apa sebabnya lensa kontak tidak boleh digunakan saat
tidur?
Beberapa jenis lensa kontak memang dirancang agar bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama, tapi sebagian besar lensa kontak dipakai untuk sehari-hari dan harus dibersihkan setiap malam sebelum tidur.
Tidur menggunakan lensa kontak bisa mempengaruhi pembuluh darah di mata dan meningkatkan risiko pengembangan infeksi kornea. Kondisi ini dapat memicu terjadinya kebutaan permanen, seperti dikutip dari Livestrong, Minggu (3/4/2011).
Lensa kontak yang tidak dirancang untuk dipakai semalaman bisa menghambat aliran oksigen ke kornea. Ketika oksigen diblokir maka bentuk pembuluh darah akan berubah supaya bisa membawa oksigen lebih banyak lagi.
Akibat tidak normalnya bentuk pembuluh darah ini akan mengganggu penglihatan. Pembengkakan dan mengaburkan kornea adalah efek samping yang timbul jika memakai lensa kontak saat tidur. Gejala ini akan mengganggu penglihatan seseorang mulai dari yang ringan hingga yang berat.
University of Maryland Medical Center menemukan lensa kontak yang dipakai hingga tidur bisa menyebabkan luka terbuka pada kornea. Luka di kornea ini bisa mengakibatkan infeksi bakteri seperti keratitis. Meskipun kondisi ini jarang terjadi, tapi pengguna lensa kontak memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan.
Hal ini semakin diperkuat dengan studi yang diterbitkan dalam British Journal of Ophthalmology tahun 2005 bahwa keratitis secara signifikan lebih sering terjadi pada pemakai lensa kontak yang terbawa hingga tidur dibanding dengan orang yang memakainya saat terjaga.
Oregon Health & Science University's Casey Eye Institute menuturkan semakin sering seseorang mengganti lensa kontak, maka hal tersebut akan membuat matanya menjadi lebih sehat. Hal ini terlepas dari masalah gaya dengan model lensa kontak yang beraneka ragam.
Lensa kontak yang dipakai untuk satu hari jauh lebih sehat, karena tidak menempatkan lensa tersebut di suatu tempat untuk dipakai kembali. Sehingga mengurangi risiko kontaminasi dibandingkan dengan lensa kontak yang bisa dipakai berulang-ulang.
Beberapa jenis lensa kontak memang dirancang agar bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama, tapi sebagian besar lensa kontak dipakai untuk sehari-hari dan harus dibersihkan setiap malam sebelum tidur.
Tidur menggunakan lensa kontak bisa mempengaruhi pembuluh darah di mata dan meningkatkan risiko pengembangan infeksi kornea. Kondisi ini dapat memicu terjadinya kebutaan permanen, seperti dikutip dari Livestrong, Minggu (3/4/2011).
Lensa kontak yang tidak dirancang untuk dipakai semalaman bisa menghambat aliran oksigen ke kornea. Ketika oksigen diblokir maka bentuk pembuluh darah akan berubah supaya bisa membawa oksigen lebih banyak lagi.
Akibat tidak normalnya bentuk pembuluh darah ini akan mengganggu penglihatan. Pembengkakan dan mengaburkan kornea adalah efek samping yang timbul jika memakai lensa kontak saat tidur. Gejala ini akan mengganggu penglihatan seseorang mulai dari yang ringan hingga yang berat.
University of Maryland Medical Center menemukan lensa kontak yang dipakai hingga tidur bisa menyebabkan luka terbuka pada kornea. Luka di kornea ini bisa mengakibatkan infeksi bakteri seperti keratitis. Meskipun kondisi ini jarang terjadi, tapi pengguna lensa kontak memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan.
Hal ini semakin diperkuat dengan studi yang diterbitkan dalam British Journal of Ophthalmology tahun 2005 bahwa keratitis secara signifikan lebih sering terjadi pada pemakai lensa kontak yang terbawa hingga tidur dibanding dengan orang yang memakainya saat terjaga.
Oregon Health & Science University's Casey Eye Institute menuturkan semakin sering seseorang mengganti lensa kontak, maka hal tersebut akan membuat matanya menjadi lebih sehat. Hal ini terlepas dari masalah gaya dengan model lensa kontak yang beraneka ragam.
Lensa kontak yang dipakai untuk satu hari jauh lebih sehat, karena tidak menempatkan lensa tersebut di suatu tempat untuk dipakai kembali. Sehingga mengurangi risiko kontaminasi dibandingkan dengan lensa kontak yang bisa dipakai berulang-ulang.
Tidak
Semua Orang Boleh Pakai Lensa Kontak
Soft lens atau lensa kontak saat ini tidak
hanya digunakan untuk membantu penglihatan, tapi juga untuk gaya-gayaan. Tapi
tidak semua mata bisa menggunakan soft
lens terutama pada tipe-tipe orang di bawah ini.
"Tidak semua mata bisa boleh menggunakan soft lens," ujar Dr Tri Rahayu, SpM, FIACLE dalam acara talkshow Pemakaian Soft Lens Lebih dari 8 Jam Berpotensi Membuat Mata Kekurangan Oksigen di restoran Bunga Rampai, Jakarta, Senin (11/7/2011).
Tipe-tipe orang yang tidak boleh menggunakan soft lens ini, menurut Dr Tri adalah:
1. Orang-orang dengan mata yang sedang mengalami infeksi aktif
2. Orang-orang dengan mata yang sedang mengalami peradangan aktif
"Ada pula orang yang mengalami kontra indikasi relatif yang perlu pengawasan secara hati-hati," ujar dokter yang menjadi Kepala Divisi Refraksi dan Lensa Kontak Departemen Mata FKUI-RSCM.
Tipe orang-orang yang mengalami kontra indikasi relatif yaitu:
1. Orang dengan gangguan mata kering.
Untuk yang mengalami mata kering ringan masih diperbolehkan menggunakan kontak lensa tapi dengan pengawasan ketat, tapi jika mengalami mata kering berat maka disarankan tidak menggunakan lensa kontak.
2. Orang dengan mata yang mengalami gangguan perabaan seperti sensitivitas kornea yang berkurang.
"Orang dengan sensitivitas yang berkurang akan tidak merasa apa-apa kalau ada sesuatu yang tidak nyaman dengan korneanya," ujar Dr Tri.
Umumnya kondisi-kondisi ini disebabkan oleh beberapa pengakit seperti penyakit saraf atau stroke ringan, dan jarang sekali terjadi sejak lahir.
Dr Tri mengingatkan agar tidak sembarangan menggunakan lensa kontak, karenanya perlu dilakukan pemeriksaan mata terlebih dahulu untuk menentukan apakah ia cocok menggunakan lensa kontak atau tidak, mencegah masalah dan mendiagnosa masalah.
"Selama pemakaian lensa kontak sebaiknya si pemakai melakukan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali, tapi kalau ada keluhan jangan menunggu sampai 6 bulan," ujar Dr Tri yang juga menjadi ketua contact lens center di Jakarta Eye Center.
"Tidak semua mata bisa boleh menggunakan soft lens," ujar Dr Tri Rahayu, SpM, FIACLE dalam acara talkshow Pemakaian Soft Lens Lebih dari 8 Jam Berpotensi Membuat Mata Kekurangan Oksigen di restoran Bunga Rampai, Jakarta, Senin (11/7/2011).
Tipe-tipe orang yang tidak boleh menggunakan soft lens ini, menurut Dr Tri adalah:
1. Orang-orang dengan mata yang sedang mengalami infeksi aktif
2. Orang-orang dengan mata yang sedang mengalami peradangan aktif
"Ada pula orang yang mengalami kontra indikasi relatif yang perlu pengawasan secara hati-hati," ujar dokter yang menjadi Kepala Divisi Refraksi dan Lensa Kontak Departemen Mata FKUI-RSCM.
Tipe orang-orang yang mengalami kontra indikasi relatif yaitu:
1. Orang dengan gangguan mata kering.
Untuk yang mengalami mata kering ringan masih diperbolehkan menggunakan kontak lensa tapi dengan pengawasan ketat, tapi jika mengalami mata kering berat maka disarankan tidak menggunakan lensa kontak.
2. Orang dengan mata yang mengalami gangguan perabaan seperti sensitivitas kornea yang berkurang.
"Orang dengan sensitivitas yang berkurang akan tidak merasa apa-apa kalau ada sesuatu yang tidak nyaman dengan korneanya," ujar Dr Tri.
Umumnya kondisi-kondisi ini disebabkan oleh beberapa pengakit seperti penyakit saraf atau stroke ringan, dan jarang sekali terjadi sejak lahir.
Dr Tri mengingatkan agar tidak sembarangan menggunakan lensa kontak, karenanya perlu dilakukan pemeriksaan mata terlebih dahulu untuk menentukan apakah ia cocok menggunakan lensa kontak atau tidak, mencegah masalah dan mendiagnosa masalah.
"Selama pemakaian lensa kontak sebaiknya si pemakai melakukan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali, tapi kalau ada keluhan jangan menunggu sampai 6 bulan," ujar Dr Tri yang juga menjadi ketua contact lens center di Jakarta Eye Center.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar