Pada awalnya kita mengidolakan kucing dengan mendirikan monumen dan
berbagai ritual. Kemudian kita mengusir dan membunuh mereka karena
dianggap berhubungan dengan setan, penyihir dan dunia kegelapan.
Kemudian dunia kita menjadi korban wabah penyakit yang ditularkan oleh
tikus. Kemudian kita teringat kembali kemampuan istimewa dan bakat luar
biasa kucing dalam berburu dan membasmi tikus.
Kemudian kita kembali menyediakan tempat bagi kucing dalam kehidupan
dan kebudayaan kita. Kali ini disertai kepercayaan mengenai kekuatan dan
keistimewaan kucing untuk meramal dan menyembuhkan penyakit. Manusia
mulai menafsirkan gerakan tubuh mereka untuk meramalkan cuaca serta
keberuntungan baik dan buruk.
Kita mulai mempelajari diri kita sendiri dengan menafsirkan
mimpi-mimpi kita tentang kucing. Kucing telah membantu manusia dalam
masa perang, dan mereka telah membantu pelaut baik di kapal dan di
daratan.
Kucing telah melakukan apa yang tidak dilakukan binatang lain. Diluar
itu semua, tidak peduli tingkat atau sifat hubungan antara manusia dan
kucing, kucing tetap mempertahankan kemandirian mereka. Mereka berburu
dan membunuh tikus bukan karena kita menyuruh mereka. Dalam hubungan
kasih sayang kita dengan kucing, ada kemungkinan bahwa kita, manusia,
mendapatkan bagian manfaat yang lebih besar dari yang diterima oleh
kucing dari kita.
Sekarang, kita kembali ke mengagungkan mereka, kali ini dengan
menyisipkan berbagai bentuk mereka di sekitar kita: di museum, pada
buku, bahkan film, pada iklan, kartu ucapan, wall paper handphone,
gambar dan video lucu di Internet.
Kucing tedapat dalam berbagai literatur, seni yang kita buat, musik
yang kita buat, dan berbagai bentuk kreatif lain. Sejarah membuktikan
bila kita berbuat baik, hasil yang didapat baik pula, bila berbuat tidak
baik pada kucing, wabah penyakit pernah terjadi sebagai akibatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar