TUGAS BAHASA INDONESIA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH: - Dwi
Elmando
- Rizki Utami
- Raffi Muhammad
- Sidiq Permana
Kelas : xl Ipa 4
Guru Pembimbing : Pak Abdul Rahman s.pd
SMA Negeri 5 Palembang
Tahun Ajaran 2014 – 2015
Kata
Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas ini dengan
baik.
Tugas ini sengaja kami susun dengan maksud untuk mengetahui dan mempelajari tentang hikayat . Materi yang terdapat pada tugas kami kali ini adalah pengertian hikayat, manfaat hikayat dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan dari pembaca demi sempurnanya tugas ini.
Palembang, 01 Maret 2014
Daftar Isi
Daftar Isi
Pengertian Hikayat ……………………………………………………….. 1
Macam-macam Hikayat ………………………………………………….. 1
Ciri-ciri Hikayat …………………………………………………………... 2
Hikayat Sastra Melayu ……………………………………………………. 2
Unsur-Unsur Intrinsik dan ekstrinsik dalam Hikayat ……………………..
2
Contoh- contoh daftar hikayat dalam bahasa Melayu ……………………
2
Manfaat Hikayat …………………………………………………………. 3
Contoh- contoh Hikayat ………………………………………………… 3
Daftar Pustaka …………………………………………………………….. 8
Pengertian Hikayat:
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, kisah, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kephalawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/ kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama.
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, kisah, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kephalawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/ kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama.
Asal hikayat ini cerita dalam bahasa
Sangsekerta, yang bernama Mahaummagajataka. Cerita itu disalin misalnya ke
bahasa Singgala (Sailan) dan Tibet. Dalam bahasa Aceh terkenal dengan nama
Medehaka.
Macam-macam
Hikayat:
Macam-macam Hikayat
berdasarkan isinya, diklasifikasikan menjadi 6 :
1. Cerita Rakyat
2. Epos India
3. Cerita dari Jawa
4. Cerita-cerita Islam
5. Sejarah dan Biografi
6. Cerita berbingkat
Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 :
1. Melayu Asli, contohnya:
Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
Hikayat Si Miskin (bercampur unsur isl;am)
Hikayat Indera Bangsawan
Hikayat Malim Deman
1. Cerita Rakyat
2. Epos India
3. Cerita dari Jawa
4. Cerita-cerita Islam
5. Sejarah dan Biografi
6. Cerita berbingkat
Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 :
1. Melayu Asli, contohnya:
Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
Hikayat Si Miskin (bercampur unsur isl;am)
Hikayat Indera Bangsawan
Hikayat Malim Deman
2. Pengaruh Jawa,
contohnya:
Hikayat Panji Semirang
Hikayat Cekel Weneng Pati
Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)
Hikayat Panji Semirang
Hikayat Cekel Weneng Pati
Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)
3. Pengaruh Hindu
(India), contohnya:
Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Bayan Budiman
Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Bayan Budiman
4. Pengaruh
Arab-Persia, contohnya:
Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
Hikayat Bachtiar
Hikayat Seribu Satu Malam
Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
Hikayat Bachtiar
Hikayat Seribu Satu Malam
1
Ciri-ciri Hikayat :
1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/ kerajaan
3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik
7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik
9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah
1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/ kerajaan
3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik
7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik
9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah
Hikayat Sastra Melayu
Sastra Melayu Klasik bermula pada abad ke-16 Masehi. Semenjak itu sampai sekarang gaya bahasanya tidak banyak berubah. Dokumen pertama yang ditulis dalam bahasa Melayu klasik adalah sepucuk surat dari raja Ternate, Sultan Abu Hayat kepada raja João III di Portugal dan bertarikhkan tahun 1521 Masehi.
Sastra Melayu Klasik bermula pada abad ke-16 Masehi. Semenjak itu sampai sekarang gaya bahasanya tidak banyak berubah. Dokumen pertama yang ditulis dalam bahasa Melayu klasik adalah sepucuk surat dari raja Ternate, Sultan Abu Hayat kepada raja João III di Portugal dan bertarikhkan tahun 1521 Masehi.
Unsur-Unsur Intrinsik dalam Hikayat :
- Alur : tahapan cerita yang bersambungan.
- Tema : gagasan/ide/dasar cerita. (Alur maju, alur mundur, alur gabungan atau alur sorot balik)
- Penokohan : pemain/orng yang berperan di dalam cerita.
- Alur : tahapan cerita yang bersambungan.
- Tema : gagasan/ide/dasar cerita. (Alur maju, alur mundur, alur gabungan atau alur sorot balik)
- Penokohan : pemain/orng yang berperan di dalam cerita.
Unsur Ekstrinsik dalam Hikayat :
- Nilai moral
- Nilai agama
Contoh- contoh daftar hikayat dalam bahasa Melayu:
Hikayat Aceh
Hikayat Abdullah
Hikayat Abu Nawas
Hikayat Abu Samah
Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Banjar
Hikayat Bakhtiar
Hikayat Bayan Budiman
- Nilai moral
- Nilai agama
Contoh- contoh daftar hikayat dalam bahasa Melayu:
Hikayat Aceh
Hikayat Abdullah
Hikayat Abu Nawas
Hikayat Abu Samah
Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Banjar
Hikayat Bakhtiar
Hikayat Bayan Budiman
2
Hikayat Muda Cik Leman
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Iblis
Hikayat Indraputra
Manfaat
Hikayat
Pada
zaman dahulu, hikayat dibaca untuk melipur lara, membangkitkan semangat juang,
atau sekadar meramaikan pesta.
Contoh Hikayat
Hikayat Amir
Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang
saudagar yang bernama Syah Alam. Syah Alam mempunyai seorang anak bernama Amir.
Amir tidak uangnya dengan baik. Setiap hari dia membelanjakan uang yang diberi
ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak pernah memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada.
Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit.
Semakin hari sakitnya semakin parah. Banyak uang yang dikeluarkan untuk
pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka jatuh miskin.
Penyakit Syah Alam semakin parah.
Sebelum meninggal, Syah Alam berkata”Amir, Ayah tidak bisa memberikan apa-apa
lagi padamu. Engkau harus bisa membangun usaha lagi seperti Ayah dulu. Jangan
kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari rumah.Usahakan
engkau terlihat oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari.”
”Ya, Ayah. Aku akan turuti
nasihatmu.”
Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu
Amir juga sakit parah dan akhirnya meninggal. Sejak itu Amir bertekad untuk
mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak terlihat matahari,
tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu, kemana-mana ia selalu memakai payung.
Pada suatu hari, Amir bertmu dengan
Nasrudin, seorang menteri yang pandai. Nasarudin sangat heran dengan pemuda
yang selalu memakai payung itu. Nasarudin bertanya kenapa dia berbuat demikian.
Amir bercerita alasannya berbuat
demikian. Nasarudin tertawa. Nasarudin berujar, ” Begini, ya., Amir. Bukan
begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah sebelum matahari terbit
dan pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau terkena sinar matahari.
”
Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun
memberi pijaman uang kepada Amir. Amir disuruhnya berdagang sebagaimana
dilakukan ayahnya dulu.
3
Amir lalu berjualan makanan dan minuman.
Ia berjualan siang dan malam.Pada siang hari, Amir menjajakan
makanan, seperti nasi kapau, lemang, dan es limau. Malam harinya ia berjualan
martabak, sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir semakin maju.
Sejak it, Amir menjadi saudagar kaya.
Sumber : Bina Bahasa
dan Sastra Indonesia kelas IV: Erlangga
PERKARA
SI BUNGKUK DAN SI PANJANG
Pada suatu hari adalah dua orang
laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai. Maka dicaharinya
perahu hendak menyeberang, tiada dapat perahu itu. Maka dinantinya 1)
kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu perahu orang.
Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya. Sebermula adapun
istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu
sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air sungai
itu dalam juga. Katanya, "Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?"
Maka ada pula seorang Bedawi duduk
di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu, "Hai tuan hamba,
seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat berenang;
sungai ini tidak hamba tahu dalam dangkalnya." Setelah didengar oleh
Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik
rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya,
"Untunglah sekali ini!"
Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke
dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju
orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan
hamba seberangkan apalah 2) hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu,
"Sebagaimana 3) hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang
juga dahulu maka boleh, karena air ini dalam."
Maka kata orang tua itu kepada
istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan
itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu,
"Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu, hamba
seberangkan." Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu.
Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu.
Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata 4) oleh si Bungkuk
air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi
itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan
mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga
tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit,
hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan
itu.
4
Maka kata perempuan itu kepadanya,
"Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba itu."
Maka apabila sampailah ia ke
seberang sungai itu, maka keduanya pun mandilah, setelah sudah maka makanlah ia
keduanya segala perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu semuanya dilihat oleh orang
tua bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawi itu.
Kalakian maka heranlah orang tua
itu. Setelah sudah ia makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah dilihat
oleh orang tua itu akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata
dalam hatinya, "Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku
mati."
Setelah itu maka terjunlah ia ke
dalam sungai itu. Maka heranlah ia, karena dilihatnya sungai itu aimya tiada
dalam, maka mengarunglah ia ke seberang lalu diikutnya Bedawi itu. Dengan hal
yang demikian itu maka sampailah ia kepada dusun tempat Masyhudulhakk itu.
Maka orang tua itu pun datanglah
mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk
panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Maka
kata Masyhudulhakk, "Istri siapa perempuan ini?"
Maka kata Bedawi itu, "Istri
hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan; sudah besar
dinikahkan dengan hamba."
Maka kata orang tua itu, "Istri
hamba, dari kecil nikah dengan hamba."
Maka dengan demikian jadi
bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah. Maka orang pun berhimpun,
datang melihat hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah Masyhudulhakk kepada
perempuan itu, "Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang
laki-laki ini?"
Maka kata perempuan celaka itu,
"Si Panjang inilah suami hamba."
Maka pikirlah 5) Masyhudulhakk,
"Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah
dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.
Maka diperjauhkannyalah laki-laki
itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata
perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba."
Maka kata Masyhudulhakk, "Jika
sungguh ia suamimu siapa mentuamu laki-laki dan siapa mentuamu perempuan dan di
mana tempat duduknya?"
Maka tiada terjawab oleh perempuan
celaka itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Setelah itu maka dibawa
pula si Panjang itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Berkata benarlah engkau
ini. Sungguhkah perempuan itu istrimu?"
Maka kata Bedawi itu, "Bahwa
perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah
berikrar, mengatakan hamba ini tentulah suaminya."
5
Syahdan maka Masyhudulhakk pun
tertawa, seraya berkata, “Jika sungguh istrimu perempuan ini, siapa nama
mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan, dan di mana kampung tempat ia
duduk?"
Maka tiadalah terjawab oleh
laki-laki itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu.
Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk,
"Hai orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?"
Maka kata orang tua itu,
"Daripada mula awalnya." Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya
laki-laki dan perempuan dan di mana tempat duduknya
Maka Masyhudulhakk dengan sekalian
orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu.
Maka hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun
mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh
Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali.
Kemudian maka disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan
demikian itu.
Maka bertambah-tambah masyhurlah
arif bijaksana Masyhudulhakk itu.
Asal hikayat ini cerita dalam bahasa
Sangsekerta, yang bernama Mahaummagajataka. Cerita itu disalin misalnya ke
bahasa Singgala (Sailan) dan Tibet. Dalam bahasa Aceh terkenal dengan nama
Medehaka.
Hikayat Burung Cenderawasih
Sahibul hikayat telah diriwayatkan dalam Kitab Tajul Muluk, mengisahkan seekor burung yang bergelar burung cenderawasih. Adapun asal usulnya bermula dari kayangan. Menurut kebanyakan orang lama yang arif mengatakan ianya berasal dari syurga dan selalu berdamping dengan para wali. Memiliki kepala seperti kuning keemasan. Dengan empat sayap yang tiada taranya. Akan kelihatan sangat jelas sekiranya bersayap penuh adanya. Sesuatu yang sangat nyata perbezaannya adalah dua antena atau ekor ‘areil‘ yang panjang di ekor belakang. Barangsiapa yang melihatnya pastilah terpegun dan takjub akan keindahan dan kepelikan burung cenderawasih.
Amatlah jarang sekali orang memiliki
burung cenderawasih. Ini kerana burung ini bukanlah berasal dari bumi ini. Umum
mengetahui bahawa burung Cenderawasih ini hanya dimiliki oleh kaum kerabat
istana saja. Hatta mengikut sejarah, kebanyakan kerabat-kerabat istana Melayu
mempunyai burung cenderawasih. Mayoritas para peniaga yang ditemui mengatakan
ia membawa tuah yang hebat.
6
Syahdan dinyatakan lagi
dalam beberapa kitab Melayu lama, sekiranya burung cenderawasih turun ke bumi
nescaya akan berakhirlah hayatnya. Dalam kata lain burung cenderawasih akan
mati sekiranya menjejak kaki ke bumi. Namun yang pelik lagi ajaibnya, burung
cenderawasih ini tidak lenyap seperti bangkai binatang yang lain. Ini kerana ia
dikatakan hanya makan embun syurga sebagai makanannya. Malahan ia mengeluarkan
bau atau wangian yang sukar untuk diperkatakan. Burung cenderawasih mati dalam
pelbagai keadaan. Ada yang mati dalam keadaan terbang, ada yang mati dalam
keadaan istirahat dan ada yang mati dalam keadaan tidur.
Walau bagaimanapun, Melayu
Antique telah menjalankan kajian secara rapi untuk menerima
hakikat sebenar mengenai BURUNG CENDERAWASIH ini. Mengikut kajian ilmu
pengetahuan yang dijalankan, burung ini lebih terkenal di kalangan penduduk
nusantara dengan panggilan Burung Cenderawasih. Bagi kalangan
masyarakat China pula, burung ini dipanggil sebagai Burung Phoenix yang
banyak dikaitkan dengan kalangan kerabat istana Maharaja China. Bagi kalangan
penduduk Eropah, burung ini lebih terkenal dengan panggilan ‘Bird of
Paradise‘.
Secara faktanya, asal usul burung ini
gagal ditemui atau didapathingga sekarang. Tiada bukti yang menunjukkan ianya
berasal dari alam nyata ini. Namun satu lagi fakta yang perlu diterima, burung
cenderawasih turun ke bumi hanya di IRIAN JAYA (Papua
sekarang), Indonesia saja. Tetapi yang pelik namun satu
kebenaran burung ini hanya turun seekor saja dalam waktu tujuh tahun. Dan ia
turun untuk mati. Sesiapa yang menjumpainya adalah satu tuah. Oleh itu,
kebanyakan burung cenderawasih yang anda saksikan mungkin berumur lebih dari 10
tahun, 100 tahun atau sebagainya. Kebanyakkannya sudah beberapa generasi yang
mewarisi burung ini.
Telah dinyatakan dalam kitab Tajul
Muluk bahawa burung cenderawasih mempunyai pelbagai kelebihan. Seluruh badannya
daripada dalam isi perut sehinggalah bulunya mempunyai khasiat yang misteri.
Kebanyakannya digunakan untuk perubatan. Namun ramai yang memburunya kerana
‘tuahnya’. Burung cenderawasih digunakan sebagai ‘pelaris’. Baik untuk pelaris
diri atau perniagaan. Sekiranya seseorang memiliki bulu burung cenderawasih
sahaja pun sudah cukup untuk dijadikan sebagai pelaris. Mengikut ramai orang
yang ditemui memakainya sebagai pelaris menyatakan, bulu burung cenderawasih
ini merupakan pelaris yang paling besar. Hanya orang yang memilikinya yang tahu
akan kelebihannya ini. Namun yang pasti burung cenderawasih bukannya
calang-calang burung. Penuh dengan keunikan, misteri, ajaib, tuah.
7
Daftar
Pustaka
8