Selama sebulan lamanya, pada Ramadhan lalu, kaum Muslim dididik untuk
bisa konsisten dengan kejujurannya. Konsisten untuk bisa mengendalikan
segala hal yang dapat membatalkan puasa. Konsisten untuk tidak melanggar
batasan-batasan yang telah ditentukan. Dengan kekonsistenan untuk dapat
selalu jujur inilah maka keimanannya pun semakin bertambah.
Sesungguhnya keimanan dan kejujuran selalu berjalan beriringan. Keimanan
tidak akan dapat bersatu dengan dusta. Rasulullah SAW pernah ditanya,
''Apakah mungkin seorang mukmin itu pengecut?'' Lalu dijawab,
''Mungkin.'' Lalu ditanyakan lagi, ''Apakah mungkin seorang mukmin itu
kikir?'' Lalu dikatakan, ''Mungkin.'' Lalu ditanyakan lagi, ''Apakah
seorang mukmin itu berdusta?'' Lalu dijawab, ''Tidak mungkin.'' (HR Imam
Malik).
Allah berfirman, ''Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang
yang jujur itu karena kejujurannya, dan menyiksa orang munafik jika
dikehendaki-Nya.'' (QS Al-Ahzab: 24). Dari ayat ini, sesungguhnya Allah
mengajarkan kita bahwasanya siapa pun yang menghabiskan umurnya untuk
berbohong, maka pada akhirnya ia hanya akan menjadi orang yang munafik.
Sesungguhnya keimanan dilandasi dengan kejujuran. Sedangkan kemunafikan
dilandasi dengan kebohongan.
Dengan demikian, tidak mungkin keimanan dan kebohongan bercampur dan
berasimilasi dalam satu hati yang sama. Rasulullah bersabda,
''Sesungguhnya kejujuran akan mendatangkan ketenangan; sedangkan
kebohongan akan mendatangkan keraguan.'' (HR Tirmidzi). Kita pun mungkin
tak asing mendengar kata-kata bijak, ''Katakanlah suatu kebenaran
walaupun menyakitkan.''
Terkadang seseorang berbohong karena suatu kepentingan. Namun, disadari
atau tidak, pada saat ia melakukan suatu kebohongan, maka kecemasan akan
datang menghantuinya. Cemas apabila kebohongannya terbongkar. Cemas
apabila orang akan mencelanya sebagai seorang pembohong dan beragam
kecemasan lainnya. Rasululah SAW bersabda, ''Sesungguhnya kejujuran
menuntun kepada kebaikan. Kebaikan menuntun kepada jalan menuju surga.
Apabila seseorang berlaku jujur dan konsisten dengannya, maka Allah akan
mencatatnya sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya kebohongan menuntun
kepada keburukan dan keburukan menuntun kepada jalan menuju api neraka.
Apabila seseorang berbohong, maka Allah akan mencatatnya sebagai
pembohong.'' (HR Bukhari).
Sesuatu yang besar dimulai dari sesuatu yang kecil. Seseorang yang
awalnya terpaksa berbohong, namun bila ia melakukannya terus-menerus,
maka hal itu akan melekat pada dirinya dan menjadi tabiat hidupnya.
Inilah yang harus diwaspadai. Sesungguhnya kebohongan hanya membawa
pelakunya kepada banyak permasalahan. Umar ibn Abdul Aziz berkata,
''Demi Allah, tak sekalipun aku pernah berbohong lagi sejak kutahu
bahwasanya kebohongan hanya membawa masalah bagi pelakunya!''
Tidak ada komentar:
Posting Komentar